Jum’at, 20 Mei 2016
Sore itu sekitar pukul 4, volunteer rumah seribu mimpi tiba di Muaro Lasak tepat nya di Tugu Perdamaian. Volunteer berusaha mencari anak-anak yang biasanya mandi di pantai. Namun, sore itu tidak biasanya anak-anak pinggiran pantai tidak mandi di pantai. Para volunteer pun tidak lantas patah semangat, kami pun menuju jembatan dekat Muaro Lasak. Sembari berjalan salah satu anak bernama Janet menyapa, “Kak Ana...” volunteer pun menanyakan “mana teman-teman yang lain?” Lalu Janet menunjukkan jalan dimana teman-temannya berada.
Kami pun menuju kawasan dibawah jembatan yang tak jauh dari Muaro Lasak. Volunteer pun melihat anak-anak yang ceria dengan tawa lepas yang menyenangkan hati. Mereka melompat dari kapal milik salah satu nelayan dan menyelam. Itu lah aktivitas yang sering mereka lakukan setiap harinya di sore hari. Kemudian volunteer pun menyapa anak-anak dengan sapaan hangat dan ceria, “Hai adek-adek.. wah lagi pada mandi ya”. Dan anak-anak itu pun menjawab, “Ehh kak, kakak-kakak tibo lai”. Volunteer terlebih dahulu mengambil hati anak-anak yang sedang berenang dengan bercanda hangat dan bertanya dengan pertanyaan yang membuat mereka penasaran. “Ada yang tau cara membuat burung merpati dari kertas origami gak?”. Salah satu anak menjawab, “burung merpati di tugu kak? Eh nio tau lah caronyo. Artinya si anak bertanya burung merpati seperti di tugu perdamaian dan ia pun penasaran ingin tau cara nya.
Para volunteer, Ana, Vitha, Amri, Novie dan Mia mengajarkan mereka cara membuat burung merpati dari kertas origami dengan mencontohkannya. So, para volunteer juga ikut serta membuat burung merpati dari kertas origami. Membuat origami burung merpati ini bermaksud untuk mengasah kreatvitas anak-anak melalui proses pembuatannya. Proses melipat dan membentuk origami lumayan panjang dan rumit tetapi anak-anak tetap antusias melakukannya. Mereka sibuk  bertanya cara selanjutnya dan bertanya apakah yang mereka buat benar caranya. Saat proses pembuatan ada canda dan tawa yang terjadi antara volunteer dan anak-anak, ini lah yang membuat volunter dan anak-anak menjadi akrab. Ada salah satu anak yang berhenti melipat origami karena kesulitan, tetapi volunteer langsung menunjukkan cara nya sehingga anak tersebut melanjutkan lagi. Hingga burung merpati origami pun terbentuk. Dalam hal ini sebenarnya volunteer menekankan pada proses pembuatan origami bukan hasil akhir nya.
Pelajaran lain yaitu tentang menjaga lingkungan. Sembari melipat origami salah satu anak membuang sampah origami ke pantai. Melihat ini, volunteer langsung mengajarkan bahwa membuang sampah ke pantai itu bukan hal yang baik. “Bayangkan bagaimana kalau pantai nya penuh dengan sampah, masih mau berenang di pantai ini?”, kata salah satu volunteer. Volunteer rumah seribu mimpi bukan hanya mengasah kreativitas anak-anak tetapi juga mengajarkan hal-hal yang baik dalam kehidupan seperti tidak membuang sampah ke pantai.
Setelah origami terbentuk seperti burung merpati, mereka tersenyum dan memperlihatkan kepada volunteer origami yang mereka buat. Volunteer dan anak-anak pun berfoto bersama sambil menunjukkan origami yang telah dibuat. Tak terbanyangkan betapa bahagianya dapat berbagi dengan anak-anak rumah seribu mimpi. Mereka anak-anak pinggiran pantai yang sangat polos dan ceria, mereka tidak bermain dengan gadget mereka, tetapi mereka bermain di pinggiran pantai dan berenang. Tidak seperti anak-anak lain pada umumnya yang mengikuti les tambahan, bermain gadget dll. Mereka berbeda, mereka menyenangkan, mereka punya mimpi dan mereka luar biasa.
Sore pun menuju senja, jadi para volunteer ingin berpamitan pulang kepada anak-anak rumah seribu mimpi. Sebelum itu, volunteer membagikan snack untuk mereka. So, you know what? Mereka berebut snack yang dibagikan salah satu volunteer. Jujur saja snack yang kami bawakan tidak seberapa tetapi mereka sudah sangat senang dengan itu. Sedikit yang kita beri, begitu berharga bagi mereka. Anak-anak yang sudah dapat snack pun pergi, tetapi ada 3 anak yang tetap stay di jembatan, nah dengan tiga anak-anak ini lah volunteer bercakap hangat sebelum pulang. Mereka bernama Jelki, Janet dan Kevin. Jelki yang bercita-cita ingin jadi Gubernur dan punya anak buah Brimop dan ingin pergi ke Amerika. You see? Mereka punya mimpi..!!! Janet merupakan anak sd yang kalimat-kalimat nya sangat lucu. Sedangkan Kevin adalah anak yang spontan menjawab pertanyaan dengan benar. Misal nya salah satu volunteer bertanya, “Indonesia ada di benua apa?” Dengan spontan Kevin menjawab “ASIA”. Volunteer pun tertawa dan berkata “wah Kevin hebat” pertanyaan lain yaitu “50×1000 berapa?” kevin langsung menjawab “50.000” sementara Jelki dan Janet masih menjari jawaban, tetapi Kevin langsung spontan menjawab dan benar. You see? Mereka punya mimpi,, dan mereka luar biasa. Sangat menyenangkan bertemu mereka, sangat menyenangkan bisa bercakap sambil bercanda ria dengan mereka. You should try....!!!
Senja pun datang dan adzan telah berkumandang, para volunteer bersalaman dengan Janet Jelki, dan Kevin lalu volunteer pun pulang. Karena adzan telah berkumandang, volunteer pun mencari mesjid terdekat untuk sholat, ternyata mesjid tersebut dekat dengan rumah anak-anak seribu mimpi. Di mesjid tersebut nampak Kevin, Jelki dan Janet menunggu kami, para volunteer sholat. Mereka menyusun sepatu para volunteer sehingga keluar dari mesjid bisa langsung pakai sepatu. Wahh ternyata mereka itu penyayang. Volunteer pun pulang dengan sejuta kalimat yang ingin di ceritakan tentang hari indah ini.

With love, Mia

Jumat, 13 November 2015 , Pantai Muaro Lasak, Purus, Padang (@Rumah1000Mimpi).

“Beratapkan Langit, Berlantaikan Pasir”, barangkali istilah ini cukup tepat menggambarkan lingkungan dan suasana sekitar Rumah1000Mimpi saat ini. Rumah1000Mimpi, sebuah inisiatif sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan sosial dan pendidikan anak putus sekolah di kawasan Pesisir Pantai Purus Kota Padang. Tidak hanya bagi anak-anak putus sekolah namun gerakan ini juga mengajak anak-anak yang berasal dari latar belakang berbeda-beda. Kegiatan belajar dan aktifitas Rumah1000Mimpi dilakukan di alam terbuka yakni di pinggiran pantai Muaro Lasak, Purus, Kota Padang. Dengan suasana alam seperti ini partisipan dan anak-anak lebih mudah berinteraksi dan membangun kedekatan.
Gerakan Rumah1000Mimpi sudah berjalan sebanyak 4 chapter atau pertemuan. Pertemuan ke-5 Rumah1000Mimpi kembali melanjutkan mimpi adik-adik yang berada di kawasan Pesisir Pantai Purus Kota Padang (Kamis, 12 November 2015) mulai dari pukul 16.00 s.d. 18.00. Pertemuan kali juga tidak kalah menarik dari pertemuan sebelumnya, dengan tema “Siapa Pahlawanmu?”. Aktifitas Rumah1000Mimpi diawali dengan mengumpulkan anak-anak ataupun remaja usia sekolah yang berada disekitar pantai.

 Gambar 1. Pengumpulan Adek-Adek di Kawasan Pantai Purus.

Pengumpulan adek-adek ini tidak terlalu sulit, karna biasanya setiap sore mereka suka bermain bersama di pinggiran pantai. Dengan sedikit pendekatan dan bujuk rayu (iming-iming cemilan gratis.. :D ), dengan sekejap mereka sudah mulai akrab, saling kenal satu sama lain dengan para partisipan Rumah1000Mimpi. Mereka berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, ada siswa SD, SMP, yang belum sekolah dan diatara mereka ada juga yang putus sekolah. Uniknya kelompok bermain mereka secara tidak sengaja sudah terorganisir, Reyhan dipercayakan oleh teman-teman sepermainannya sebagai ketua (Semacam geng-geng an gitu ), ada yang mengaku namanya Genji (aktor utama dalam film Crows Zero) atau Aliando versi Padang (Pedenya.. :D). Setelah pengenalan, partisipan Rumah1000Mimpi, secara bertahap mulai mengajak adek-adek belajar tentang arti seorang pahlawan dan tanya jawab siapa-siapa saja pahlawan yang mereka kenal serta cita-cita mereka kedepan. Diluar dugaan, mereka sangat aktif ikut dalam kuis dan tanya jawab. Sebagai award, setiap adek-adek yang berhasil menjawab pertanyaan diberikan sebuah snack atau makanan yang telah dibawa oleh partisipan.

Gambar 2. Suasana Aktif Sesi Tanya Jawab.
Tidak hanya mengenai pahlawan, saking semangatnya materi-materi lain juga ikut dibahas dalam sesi tanya jawab. Matematika, geografi, seni, bahasa inggris dengan antusias mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Setelah sesi kuis, partisipan dan adek-adek peserta Rumah1000Mimpi menyanyikan lagu-lagu nasional secara bersama-sama. Sesi berikutnya tidak kalah menarik yakni Story Reading, partisipan Rumah1000Mimpi membacakan cerita dan kisah salah satu pahlawan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Dengan hikmat dan sedikit ribut (biasa anak-anak, kalau ga heboh ga seru...) adek-adek peserta senang mendengarkan cerita tersebut bahkan salah satu diantara mereka sangat hafal dengan semboyan Bapak Pendidikan Indonesia tersebut “Ing Ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”, luar biasa (mungkin diantara mahasiswa ada juga yang ga hapal :D).  

Gambar 3. Sesi Story Reading.

Cukup puas dengan sesi belajar, tanya jawab, bernyayi bersama bahkan heboh-heboh bersama chapter ke-5 kali ini ditutup dengan sesi foto bersama. Gimana kakak-kakak dan abang-abang sudah narsiskah kami...? (hehe)

Gambar 4. Sesi Foto.
“Inginnya, kedepan Rumah1000Mimpi bisa jadi wadah pemenuhan pendidikan bagi anak putus sekolah. Agar hak-hak pendidikan anak-anak putus sekolah masih bisa terpenuhi. Lebihnya lagi, sekolah semacam ini ditujukan kepada anak-anak dari berbagai family background. Harapannya, Rumah1000Mimpi mampu mengurangi jumlah anak yang putus sekolah yang sebagian besar diakibatkan oleh tekanan sosial” tutur Ana, salah seorang inisiator gerakan Rumah1000Mimpi menyampaikan harapannya.

Pemuda itu bergerak, tidak hanya sebatas berargumen saja. Pemuda itu turun tangan, bukan menunggu uluran tangan. Pemuda itu “Pahlawan” garda depan, Pejuang. Pemuda itu kita. Yuk, Pemuda bangsa, kita bekerja!

~_~
Author: Muhammad Rezky